Tulisan ini seharusnya berkategori Artwork, tapi rupanya nggak. Jurnal saja.
Tulisan ini seharusnya terbit berhari-hari yang lalu, tapi rupanya nggak. Sekarang saja.
Beberapa hari setelah finishing Rantau Baranjau, saya dan rekan harus kembali bekerja menyelesaikan Peta Kerentanan dan Evakuasi untuk dua daerah di Kota Padang yang sudah menjadi area proyek, yakni Kampung Gaung dan Sawah Liat.
Deadline yang telah ditentukan tidak begitu lama, hanya satu minggu lah, lebih sebentar beberapa hari dari Rantau Baranjau, tetapi berbeda dengan Rantau Baranjau yang dikerjakan dengan mengandalkan imajinasi dan tanpa membutuhkan akurasi dalam hal letak geografis, Peta Evakuasi ini harus dikerjakan dengan sangat hati-hati, harus serba akurat, karena ini bukan main-main, bukan permainan, langkah selamat tidak ditentukan oleh jumlah angka yang keluar dari kocokan dadu, arah berlari kini ditunjukkan oleh arah mata angin :D.
Kadang kawan-kawan mengeluhkan deadline yang terlalu dipaksakan tapi ya sudahlah, tidak apa.
Proses seminggu dalam pembuatan Peta Evakuasi ini pada mulanya agak tersendat berkaitan dengan kelengkapan materi (denah lokasi daerah) yang dikirimkan dari Padang, koordinasinya agak sulit memang. Saya kurang tahu! Tetapi karena deadline yang sudah ditentukan tidak akan dapat diundur lagi, maka pengerjaan tetap dilakukan berbekal materi yang secukupnya dulu
-Beberapa minggu sebelumnya kawan-kawan Padang memang sudah beberapa kali
mengirimkan materi, tapi karena dirasa masih belum lengkap dan demi mengejar keakuaratan, terpaksa kawan-kawan di Bandung meminta dibuat dan dikirim ulang-
Saya ngga ingin berlama-lama bercerita soalnya lupa.
Yang jelas setelah seminggu bekerja keras, Peta Evakuasi itu selesai juga, lega rasanya.
Beberapa hari berlalu, saya dan rekan harus menerima kenyataan pahit, karena ternyata ada beberapa kesalahan pada Peta Evakuasi itu, dan celakanya sudah dicetak sebanyak 2000 lembar. Bayangkan! (ngga mau! ya udah!)
Satu yang paling saya greget dari kesalahan itu adalah arah mata angin, bukan arahnya, tapi saya salah menuliskan nama arah, oposisi untuk arah Utara adalah Selatan, tapi saya malah menuliskan Timur, StuPIDO kan? memang!
Kesalahan yang lain adalah seputar letak bangunan dan kesalahan penamaan.
Namun kemudian ada beberapa hal yang menjadi catatan buat saya (tentunya selain saya harus lebih teliti sekalipun dalam kondisi Under pressure luar biasa),
bahwa jika di kemudian hari saya harus memaksa diri saya sendiri untuk tetap teliti walapun dalam kondisi tertekan oleh deadline, proses asistensi harus tetap dilakukan oleh pihak yang paling bersangkutan (mungkin dalam hal ini adalah kawan-kawan Padang) dan bukan langsung cetak. Selalu saja manusia tidak sempurna, dan bukan mahluk solitaire, melainkan sosial. Memerlukan orang lain untuk kritik dan masukan. Tapi saya maklum juga dengan deadline seketat itu, proses asistensi seperti yang biasa dilakukan di tiga bulan ke belakang agak menjadi utopis.
Kedua, sekalipun dengan deadline yang ketat, seharusnya kelengkapan dan keakuratan materi harus tetap dijaga, karena seperti yang saya bilang di paragraf atas, ini bukan Rantau Baranjau, ini bukan berlari karena kocokan dadu, ini berlari karena ada gempa bumi atau tsunami, maka keakuratan media Peta Evakuasi ini wajib adanya.
Malam ini saya harus merelakan otak saya gelisah lagi setelah membaca SMS dari Supervisor asistensi MDR (P Fahmi): "Btw sya dah ngmong sma barry n boy prkaws peta. sngkatna mah eta pta benerkeun scpatna. bla..bla..bla.."(1)
Semua memang ada konsekuensinya. Ini adalah harga yang harus dibayar dari keterburu-buruan. Kasihan saya. Hehehehe...
(1) "By the Way, saya udah ngomong sama barry n Boy tentang Peta. Singkatnya itu peta benerin cepet-cepet. blablabla...!"
Senin, 12 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar