Kamis, 31 Januari 2008

FLUKTUASI

Jadwal semakin ketat, tekanan semakin kuat, emosi kian hari kian tak tertebak, lalu fluktuasi temperamen jadi ikut-ikutan sulit dikendalikan, seperti bola bekel yang dilempar setelah dipelintir terlebih dahulu, sekali tak tertangkap agak sulit untuk untuk digenggam lagi. hmmh..

hanya ingin berbagi cerita, paragraf di atas tadi benar-benar bisa mendeskripsikan kondisi saya (atau kami? saya ngga yakin!) sekarang sehubungan dengan projek, tapi maaf, bukan karena saya kesulitan dalam pengerjaan (tapi bukan berarti juga saya menganggap mudah, no way!), mungkin ya karena tekanan-tekanan tadi, saat ini kami seperti dua gasing yang berputar sangat cepat, sedikit saja gesekan akan terjadi kekacauan. Sensitifitas tingkat tinggi. yuhuhu...

Mudah-mudahan dua gasing ini segera berubah menjadi dua buah gir yang saling bekerjasama menjalankan sebuah roda.

Rabu, 30 Januari 2008

WAITING FOR CHATTING


Lama banget, sepertinya ngga akan dateng tuh anak-anak, padahal tadi udah konfirmasi ke Pungki, soalnya boy mau konfirmasi ke pungki jadi ato ngga chattingnya, maklum HP guah ilang!
Boy, kamana maneh boy?

Selasa, 29 Januari 2008

CERGAM MATERI BARU


Bukannya pengen ngeluh, tapi emang harus saya akui ada sedikit kegelisahan hari ini. Jadwal yang udah dibikin semakin mendekati finishnya, tapi progress malah semakin mundur, masalahnya emang ada di skrip untuk cergam yang harus dirombak ulang, walaupun sebetulnya di sisi lain saya senang karena skrip yang dulu yang akhirnya harus dirombak ulang itu adalah hasil brainstorming dengan kawan-kawan di komunitas KSB sana. Tapi saya dan Jino mengusahakan yang terbaik lah pastinya (ada kekhawatiran juga takut didiskon honornya! HAHAHAHAHA......b'canda!)

Anyway, kemarin adalah jadwal para residen ngumpul di studio, agendanya presentasi semi formal tentang progres, brainstorming, diskusi, dan lain-lain lah. Agak ngiri juga sih karena yang lain udah pada ngabret (ngebut), hehe...tapi ngga apa-apa lah, gaya orang kan emang beda-beda (haha, sedikit berapoloji)

Sebelum saya sudahi tulisan ini, akhir katanya saya copy paste kan skrip baru, saya optimisnya yang sekarang jauh lebih bagus, dan lengkap di bawahnya ada rasionalisasi cerita dan skenario. OK, simak ya! kasih masukan deh!

Hikayat si Bulat/ si Bulek


  1. Dikisahkan di suatu kampong di Kota Padang ada seorang anak bernama Muhammad Wahid Al-bulek.

  2. Sebenarnya dia adalah anak yang pintar, sering bertanya, senang berdiskusi dengan kawan-kawannya dan patuh terhadap orangtua, secara fisik, tubuhnya pun baik-baik saja, tidak bulat seperti namanya.

  3. Tetapi anak-anak nakal sering mengejeknya karena satu hal, namanya agak aneh “Al-bulek”

  4. Bahkan sesekali Al-bulek diejek dengan sebutan si kepala bola, kepala semangka, atau apapun yang berbentuk bulat, sungguh mereka itu bukan contoh yang baik, karena tidak menjaga perasaan orang lain.

  5. Al-bulek seringkali merasa sangat jengkel, tetapi sahabat-sahabatnya Juan dan Malik selalu menenangkannya. Mereka adalah sahabat yang baik dan mau menemani Al-bulek saat senang maupun sedih.

  6. Hingga suatu hari Al-bulek benar-benar kesal, setibanya di rumah setelah pulang sekolah Al-Bulek membanting pintu walaupun tanpa lupa mengucap “Assalamu’alaikum” terlebih dahulu.

  7. Ibunya keheranan, padahal biasanya Al-Bulek sangat lembut, tetapi ibu mau mengerti dan tidak berbalik marah, beliau malah mencoba menenangkan, sungguh ibu Al-Bulek adalah contoh yang baik, beliau selalu mau mendengarkan keluhan setiap orang.

  8. Saat itu, nenek juga sedang berada di rumah Al-bulek dan ikut menenangkan juga, hanya ayah yang belum pulang, beliau masih bekerja.

  9. Setelah Al-bulek ditanya oleh ibu dan nenek perihal kenapa dia marah, Al-bulek lalu menceritakan tentang hal buruk yang dialaminya di sekolah, dan bertanya dengan sedikit kesal kenapa dia harus dinamai Al-bulek.

  10. Nenek dan ibu saling tersenyum, nenek mengangguk pertanda beliaulah yang akan bercerita kepada Al-bulek. Ibu dan nenek adalah pasangan anak dan ibu yang kompak dan harmonis, tidak heran bila suasana rumah sangat hangat.

  11. Lalu nenek pun mulai bercerita. Dahulu, ketika Al-bulek masih didalam kandungan, ibu dan Ayah merupakan warga yang sangat aktif dalam Musyawarah Kampung. Karena kampung tempat ibu dan ayah tinggal berada di pesisir pantai dan rawan akan bencana alam, dalam MusyKam biasanya masyarakat kampong banyak berdiskusi tentang kesiapsiagaan bencana.

  12. Misalnya mereka bermusyawarah tentang lokasi/tempat untuk evakuasi seandainya (Na’udzubillaahi min dzaalik) gempa atau tsunami terjadi, berdiskusi bagaimana agar bukit di sekitar kampong tidak longsor, membicarakan pengelolaan sampah agar tidak menumpuk dan mengundang penyakit dan banjir, atau bersepakat bersama tentang pengumpulan uang warga yang disisihkan sebagian untuk keperluan bersama. Banyak sekali yang didiskusikan, tentu saja semuanya demi kesejahteraan kampong.

  13. Semua warga setuju dengan berdiskusi akan dihasilkan keputusan yang bisa diterima semua orang. Dengan diskusi semua orang bisa menyumbang pendapat-pendapat sekaligus saling menghargai pendapat-pendapat tersebut satu sama lain, dengan tukar pendapat semua orang jadi saling berbagi pengetahuan. Masalah juga akan lebih mudah diselesaikan karena dipikirkan bersama, dan yang penting akan memperkuat tali silaturahmi antar warga kampong.

  14. Di suatu pagi di hari Ahad/minggu, Subhanallah tiba-tiba gempa menggetarkan kampong dan daerah lain di kota Padang. Semua orang kaget tetapi tidak panic, dan mulai berlindung sambil sedapat mungkin menyelamatkan barang-barang penting.

  15. Setelah gempa reda semua keluar rumah karena khawatir akan terjadi tsunami.

  16. Sesuai dengan kesepakatan dalam Musykam, semua warga kampong mengevakuasi diri menuju bukit di seberang jalan raya.

  17. Gempa yang tadi terjadi rupanya memang mengundang tsunami datang, tetapi karena kekompakkan warga, tidak ada satu pun korban jiwa, hanya beberapa terluka ringan, Alhamdulillah.

  18. Termasuk orang tua Al-bulek beserta kakek dan neneknya, mereka selamat dari terjangan tsunami, walaupun saat itu ibu Al-bulek dalam keadaan hamil tua. Tetapi atas kebesaran Allah, ibu baik-baik saja hingga tempat evakuasi.

  19. Tidak lama, ibu Al-bulek merasa mual sekali, “mual bana!” beliau bilang, rupanya bayi di dalam kandungan akan lahir, nenek yang kebetulan pernah menjadi bidan kandungan membantu kelahiran ibu.

  20. Lalu lahirlah seorang anak laki-laki yang sangat tampan nan gagah seperti ayahnya dan dengan senyum yang lembut seperti ibunya. Lalu dengan diskusi antara ayah, ibu, kakek dan nenek, akhirnya bayi yang baru saja lahir itu dinamai: “Muhammad Wahid Al-Bulek”

  21. Dinamai Al-bulek sebagai ucap syukur orang tuanya kepada Allah, mereka selamat dari bencana alam salah satunya karena keputusan-keputusan yang hasil diskusi dan musyawarah dalam MusyKam tentang mengurangi resiko bencana. Alhamdulillah.

Al-bulek sendiri diambil dari pepatah lama Padang yang berbunyi: “Bulek Aia dek Pambuluah, Bulek Kato dek Mufakat”

Dengan nama Al-bulek, semoga orang-orang sekitar Al-bulek menjadi tahu tentang manfaat yang besar dari berdiskusi, berembug, bermusyawarah, menjaga tali silaturahmi, dan lain-lain.

  1. Setelah Al-bulek selesai mendengar cerita nenek tentang sejarah namanya, kini Al-bulek tidak marah lagi, malahan merasa bangga karena dirinya dinamai dengan nama yang indah dan penuh makna.

  2. Esoknya di sekolah, Al-bulek justru sangat girang dan kembali menceritakan sejarah di balik namanya. Sahabat-sahabatnya pun ikut kagum.

Sinopsis “Hikayat si Bulat/Bulek”

Berkisah tentang anak bernama Muhammad Wahid Al-Bulek, yang dalam bahasa Indonesia berarti bulat (dengan awalan al- agar tampak terdengar seperti nama arab). Nama yang cukup aneh hingga menggerakkan si empunya nama untuk bertanya seputar sejarah penamaan dirinya terlebih karena kawan-kawan sekelasnya seringkali mengejek namanya yang tidak biasa itu.

Ternyata diketahui bahwa dibalik nama Al-bulek itu tersimpan sejarah dan kearifan hidup yang luar biasa mengenai manfaat diskusi, musyawarah untuk mufakat, berembug/berkomunitas, dan hubungannya dengan kesiapsiagaan bencana.

Di akhir cerita, Al-Bulek (panggilan sehari-harinya) malah merasa bangga dengan nama yang dimilikinya, dan dengan berbekal nama itu, Al-bulek kembali bercerita tentang sejarah namanya kepada kawan-kawan dan orang-orang di sekitarnya, dan dengan sendirinya menularkan kearifan hidup di balik nama tersebut.

Rasionalisasi cerita “Hikayat si Bulek”

Dijuduli Hikayat agar tampak seperti dongeng, salah sau jenis penuturan yang dipercaya disukai oleh anak-anak.

Bulek merupakan padanan kata dalam bahasa Padang untuk kata Bulat, Bulek sendiri diambil dari pribahasa pepatah Minang tentang bermusyawarah “Bulek aia dek Pambuluah, bulek kato dek Mufakat”. Pepatah tadi sangat mewakili kegiatan berkomunitas dan aktifitas-aktifitas turunannya.

Penamaan yang kearab-araban dianggap mewakili kultur Padang yang relijius/ Islami. Seperti penerapan “awalan” Al- pada kata yang bukan Arab, dan nama depan Muhammad, serta Wahid yang berarti satu (dikisahkan Al-bulek adalah anak pertama dan masih satu-satunya yang lahir pada hari minggu/ahad –hari pertama dalam kebudayaan Arab-)

Salah satu masalah kultural di ranah Minang adalah kuatnya pola Top-Down (legislator/pemerintah-Masyarakat) termasuk dalam hal kesiap siagaan bencana, maka dari itu diputuskan untuk mengangkat manfaat dari berembug/bermusyawarah/ berkomunitas dalam cergam, terlebih bila menengok teori kekebalan komunitas. Dengan cergam ini, diharapkan di masa mendatang tertanam nilai-nilai yang berhubungan dengan berkomunitas/berembug pada diri anak-anak.

Penuturan cerita sejarah yang dilakukan nenek juga mewakili kekhasan local minang yang matrilinear (pemegang kebijakan ada di garis ibu), lalu ada penyebutan “Kota Padang” sendiri dalam salah satu paragraph.

Dalam beberapa paragraph diselipkan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab yang lebih bertindak sebagai budaya islami, dan juga dibubuhkan kalimat dalam bahasa Minang.


SEBUAH TAMPARAN


Sejujurnya ketika saya pribadi mendaratkan kaki lagi di Bandung, saya memang merasa ada atmosfir buruk yang dulu pernah mengitari saya juga disini, atmosfir kinerja buruk, malas, minder dan kawan-kawannya tentunya. Entah kenapa, tapi kalau memang boleh jujur lagi, semangat yang saya miliki ketika masih di Padang sangat berbeda ketika saya berada di Bandung, gairah disini lambat laun meredup, tapi mudah-mudahan dapat segera menggelora kembali.

Rupanya bukan cuma saya yang merasa demikian, koordinator MDR berikut asistennya juga merasakan hal yang sama, mereka melihat ada yang berubah di setiap individu residen, perubahan yang buruk tentu saja, perubahan buruk dalam hal kinerja, sepertinya residen-residen yang penuh inisiatif itu kini menguap entah kemana.

Sebuah tamparan akhirnya mendarat juga di pipi (maaf, bukan dalam arti sebenarnya) ketika lagi-lagi seperti biasa saya mengeluh ke Umed -kali ini- tentang skrip cergam yang dengan berat hati harus saya rubah (setelah melalui diskusi cukup alot kesana kemari), tapi lalu saya kaget ketika saya bilang "saya minta pencerahan", Umed malah bilang "lu ngga ada inisiatif sih, ngga kayak di Padang!", belum juga saya mengerutkan dahi karena tidak mengerti maksudnya, Umed harus menerima telepon. hmmmhh...
tapi tidak apa lah, sesekali memang harus ditampar agar terbangun, sesekali harus disiram air biar terjaga, hehe....

Terima kasih sudah mengingatkan kita, di masa mendatang kita bakal bekerja lebih baik lagi, bukan janji, tapi komitmen, doakan saja saya dan kawan-kawan terus memiliki energi. Amin!

aduh maaf saya tulis jurnal ini selagi mengantuk. Rada-rada ugal-ugalan, maklum-maklum!

Rabu, 23 Januari 2008

SKRIP KASAR BAGIAN 2 CERGAM

Hal 1

Suatu hari di SD Muhammadiyah (kira-kira nama kampungnya apa yah?), sekolah nampak lebih ramai dari biasanya. Beberapa orang tua murid hilir mudik di lorong sekolah. Ada apa gerangan? Oh, ternyata hari ini raport dibagikan. Selain muka-muka yang nampak cemas karena takut raportnya kali ini mengecewakan, beberapa diantaranya sih tampak tenang-tenang saja seperti empat sekawan, Farid, Juan dan sikembar Malik dan Mala sebab mereka selalu rajin belajar dan tidak pernah lupa mengerjakan PR apalagi bolos sekolah, jadi tidak ada yang dikhawatirkan! Malahan mereka merasa gembira, karena setelah raport dibagikan berarti mulai besok, sekolah akan LIBUUUR!


Hal 2

Di dalam kelas semua murid telah duduk dengan rapih saat ibu guru memasuki kelas. Tapi eh, ternyata ibu guru tidak sendirian lho, ada dua orang kakak yang berasal dari komunitas siaga bencana.

>>Image: Image Guru memasuki kelas diikuti 2 orang (dari KSB)


Hal3

>> Image: Komik dengan perkiraan redaksi seperti berikut:

Guru : Anak-anak, sebelum ibu membagikan raport kalian. Hari ini kita kedatangan tamu, kakak-kakak kita dari komunitas siaga bencana. Kita persilahkan mereka untuk memperkenalkan diri ya?Silahkan.


Uda Boy : ”Selamat pagi adik-adik semuanya, kami berdua dari komunitas siaga bencana. Nama saya (misalnya) Dwi Boy, Adik-adik boleh memanggil saya Bang Boy saja dan di sebelah saya adlaah uni Nova”

Hari ini kami akan mengadakan kegiatan mewarnai kaos siaga bencana, jadi setelah rapot dibagikan, kami minta adik-adik indak pulang dulu, kita mewarnai kaos, mau?”

Pada saat perkenalan, kakak-kakak dari KSB juga berpesan kepada murid-murid di kelas supaya jangan merasa takut terhadap bencana alam dan hendaknya terus berdoa untuk memohon keselamatan semua. Kita pun harus senantiasa waspada dan juga selalu siaga, apalagi kota yang kita tinggali ini memang rentan sekali akan bencana alam.


Hal 4

Tak lama kemudian, setelah mendengarkan penjelasan dari bang Boy dan uni Nova, Ibu gurupun membagikan raport semester ini. Beberapa nampak sedih, karena raportnya ”kebakaran”, sedangkan empat sekawan Malik, Farid, Mala, dan Juan merasa puas dengan nilai raport mereka yang bagus. Ibu gurupun berpesan kepada murid-murid yang nilai raportnya masih kurang untuk tidak berkecil hati dan supaya semua muridnya harus semakin giat belajar, karena ilmu adalah cahaya dunia.

Tetapi suasana sedih seketika berubah, karena kakak-kakak dari KSB mulai membagikan sehelai kaos bertema siaga bencana untuk seluruh murid, lengkap dengan kuas dan catnya untuk mewarnai gambar yang tercetak disana. Wah, tentu saja semua murid kembali merasa senang dan gembira. Suasana kelas begitu riuh dan ramai.

>> Image: Image anak-anak sedang mewarnai kaos dengan mimik gembira

Hal 5

Eh kita pun jangan kalah dong dengan teman-teman kita tadi, yuuk, mari kita warnai juga dong gambar di bawah ini.

>> Image: Gambar siaga bencana untuk diwarnai anak-anak pembaca

Hal 6

>>Image: 4sekawan sedang berjalan dan sesekali bercanda –tampak depan- (non-komikal)

Setelah semua kegiatan di sekolah selesai, seperti biasa empat sekawan pulang bersama sambil berjalan menyusuri pesisir pantai dengan riangnya. Lalu Mereka pun membahas kembali tentang pesan yang disampaikan Uda dan Uni disekolah tadi.

Hal 7

>> Image: Komik dengan dialog seperti berikut inih:

Farid: “Eh Lik! Kok kakak tadi bilang kita indak usah takut sih sama bencana alam? Padahal kan emang menakutkan!

Juan: ”Iya yah? Kakak yang aneh! Cape deh!”

Mala: “Cepe Dah!”

Malik: “Gini kawan! Mungkin kakak-kakak tadi betul juga, karena bencana alam itu pasti terjadi,

apalagi daerah kita adalah daerah yang rawan bencana,

ngapain takut,

kalau kita waspada dan selalu berdoa, InsyaAllah kita selamat.

Tadi juga kita kan senang mewarnai kaos walaupun temanya bencana alam.”

Farid: Ya iya lah, gratis!

(semua tertawa)

Hal 8

>>Image: IMAGE tampak belakang 4 sekawan sedang berjalan di pesisir pantai dengan gembira (gambar untuk halaman 9)

Hal 9

Mereka pun kembali berjalan, kali ini dengan perasaan yang lebih gembira sebab tidak ada lagi yang perlu ditakutkan bila bencana alam terjadi, kerena selama kita tetap siaga dan waspada, Insya Allah kita dapat menghindari hal-hal yang buruk supaya tidak menimpa diri kita.

Hal 10

Malik, Mala, Farid, dan Juan sampai di rumah masing-masing tepat pada waktunya, mereka selalu menepati waktu agar tidak membuat orang tua cemas, dan jika akan bermain ke luar rumahpun selalu meminta izin terlebih dahulu. Mereka memang anak-anak yang baik, taat dan patuh terhadap orangtua.

>> Image:( komik 4 gambar adegan 4 sekawan )


Hal 11

Saat Malik dan Mala tiba di rumah, justru sang ayah yang belum pulang. Ternyata Ayah mereka sedang mengikuti kegiatan rembuk warga. Ayah Malik dan Mala memang aktif mengikuti kegiatan rembuk warga ini, apalagi jika rembuk warga tersebut membahas tentang kesiapsiagaan bencana. Kalau kalian mau tau apa yang dibahas ayah dan warga sekampungnya , ayo liat halaman selanjutnya!

>>Image: Ada ide?

Hal 12 - 13

>> Image: Gambar kegiatan rembuk warga full 2 halaman

Hal 14

Ayah Malik dan Mala baru pulang saat hari menjelang malam. Setelah sholat Isya berjemaah, semua anggota keluarga berkumpul di tengah rumah. Menjelang tidur, orang tua Malik dan Mala selalu memberi contoh pada seluruh anggota keluarga untuk senantiasa membereskan dan merapikan kembali semua barang di rumah yang telah digunakan.

>>catatan: di halaman ini bisa gambar komik seperti yang ada di bawah, atau dibikin menjadi seperti teka-teki mencocokkan gambar (misalnya image piring kotor dicocokkan dengan image mencuci piring dst, ok ngga?)


Hal 15

Ayah selalu berpesan kepada Malik dan Mala, bahwa kita harus dapat hidup teratur, barang-barang penting seperti surat-surat berharga, misalnya saja, surat rumah, akte kelahiran, buku tabungan, ijazah sekolah, dll harus disimpan dalam satu tempat.Jadi jika bencana terjadi, kita dapat langsung menyelamatkannya tanpa perlu bersusah payah mencari-cari lagi Selain itu, kita juga harus dapat hidup hemat dan efisien, jangan membeli barang yang tidak terlalu diperlukan, contohnya TV di rumah Malik dan Mala hanya satu dan juga tidak terlalu besar. “Kalau TV kecil masih bisa ditonton, kenapa juga harus membeli yang besar? Kata Ayahnya tempo hari. Lagipula kita tidak pernah tahukan, kapan bencana alam yang dapat menghancurkan harta benda kita tersebut akan menimpa?, Hm, akhirnya Malik dan Malapun dapat mengerti, meskipun bencana alam tersebut tidak terjadi, tetapi hidup rapih, hemat, dan efisien tidaklah sulit dan merugikan untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

  • dan semua anggota keluarga tidur dengan nyenyak –

>> Image: Ayah yang sedang berbicara kepada Malik dan Mala atau Image tempat menyimpan surat-surat berharga milik ayah.

hal 16

Berbeda dengan kebiasaan di rumah keluarga Malik dan Mala, anggota keluarga Farid dan Juan kurang tertib dan tidak begitu sering beres-beres,. Rapot Farid yang siang tadi dibagikan pun masih tergeletak di atas meja. Sementara Juan seringkali tertidur di depan TV yang masih menyala, dan esoknya jika libur seperti ini, biasanya Juan selalu bangun siang karena semalam dia tidur terlalu malam, main game dan nonton TV. Lho, kok bisa ya Farid dan Juan seperti itu? Hal ini kerena Orang tua mereka jarang sekali memberi contoh dan juga memberi pengertian kepada mereka akan pentingnya hidup rapih, tertib dan teratur,

>> Image: Kondisi Rumah Juan dan Farid

>>Ide : Lipatan kertas dengan pesan: “Kamupun kalau dewasa nanti harus menjadi teladan yang baik ya untuk yang lebih muda”

Hal 17

>>Image: IMAGE dan teks :”DAN KEESOKAN HARINYA!”

Hal 18 – 19

>>Image: gambar-gambar komikal tentang situasi di rumah saat gempa terjadi

Hal 20

Saat gempa terjadi, suasana begitu mencekam. Takbir menggema di mana-mana. Semua berusaha menyelamatkan diri, ayah Malik dan Mala mengintruksikan seluruh anggota keluarga untuk berlindung, dibawah meja makan yang terbuat dari kayu jati yang keras.

Hal 21

Sementara itu di kediaman Farid dan Juan

Hal 22 – 23

Setelah gempa mulai terasa reda, semua orang pun berhamburan keluar rumah. Semua orang khawatir gempa yang baru saja terjadi berpotensi tsunami, karena getarannya memang sangatlah kuat. Apalagi tepian pantai nampak surut ke tengah laut. Merekapun menyelamatkan diri menuju tempat yang lebih aman. Tempat yang dalam rembuk warga telah disepakati sebagai tempat melarikan diri warga kampung itu jika tsunami terjadi.

>>Image: gambar situasi kampung yang mulai hectic dengan orang2 yang sedang lari menyelamatkan diri (full 2 halaman, dan tidak komikal)

Hal 24

>> Image: Gambar Indikasi terjadinya tsunami

Hal 25

Rupanya gempa beberapa menit tadi memang berpotensi tsunami, Alhamdulillah…. Warga kampung telah siaga menyelamatkan diri menuju tempat evakuasi hasil kesepakatan rembuk warga.

Hal 26 – 27

>>Image: Gambar terjadinya tsunami (komikal/non-komikal)

Hal 28-29

>>Image: Ekspos gambar kondisi pasca tsunami/akibatnya

Hal 30

Atas kesiapan warga menghadapi bencana alam khususnya tsunami, Alhamdulillah semua warga kampung ….. berhasil menyelamatkan diri, tidak ada korban jiwa, hanya beberapa orang terluka ringan akibat tergores dan terjatuh saat berlari.

>>Image: kondisi orang2 yang sedang istirahat karena kelelahan setelah berlari (non-komikal)

Ada inset teks: “Ternyata kegiatan rembuk warga memang sangat penting untuk dilaksanakan, dari kegiatan rembuk warga banyak sekali yang bisa didiskusikan demi kesejahteraan kampung, hari ini terbukti saat bencana besar terjadi”

Hal 31

Subhanallah……

Karena beberapa bulan ini warga kampung telah bersepakat dalam rembuk warga untuk menyisihkan sebagian kecil uang untuk kepentingan bersama, maka uang yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk membeli makanan dan obat-obatan, sementara keperluan lain seperti tenda akan menyusul.

>>Image: Warga yang sedang beristirahat (ekspos di kegiatan pengobatan, dan makan)

Hal 32 – 33

Begitu juga empat sekawan Malik, Mala, Farid, dan Juan, mereka semua selamat dari terjangan tsunami, mereka merasa sangat gembira karena dapat bertemu kembali setelah mengalami bencana alam tersebut

>>Image: gambar 4 sekawan dengan ekspresi gembira (komikal)

>>Image: Ekspos 4 sekawan yang bertemu (hal33)

Hal 34

Mereka pun saling bercerita mengenai pengalaman sewaktu gempa terjadi hingga mereka selamat sampai tempat evakuasi.

>>Image: mungkin image mereka ber4 tampak saling mengobrol

Hal 35

Hal 36-37

Setelah semua selesai bercerita, diketahui bahwa diantara mereka berempat keluarga Juanlah yang paling banyak mengalami kerugian berupa kehilangan harta benda, karena di dalam rumahnya banyak sekali barang mahal yang sesungguhnya tidak terlalu diperlukan .


Keluarga Farid walaupun tidak terlalu banyak kehilangan harta benda, tetapi sangat bersedih karena banyak kehilangan surat-surat dan dokumen penting, hal itu terjadi karena orangtua Farid menyimpan surat-surat berharga secara terpisah, sehingga tidak memungkinkan untuk mencarinya ketika gempa terjadi.


Keluarga Malik dan Mala memang paling beruntung, kebiasaan keluarga mereka yang senantiasa hidup rapi, teratur, efisien, hemat, dan memiliki barang seperlunya ternyata sangat bermanfaat ketika bencana alam terjadi. Surat-surat penting termasuk buku rapot Malik dan Malapun berhasil diselamatkan, begitu pula benda-benda penting yang lainya yang mungkin dibutuhkan saat evakuasi seperti radio kecil untuk memantau berita, Al-qur’an, kotak obat P3k, serta senter tersimpan rapi dalam tas siaga bencana yang dibawa Malik.

Ternyata hidup teratur, rapi, hemat dan efisien selain mudah dan murah dilakukan juga sangat bermanfaat ketika bencana alam terjadi. Subhanallah.


Hal 38

Disini nih perlu ide lagi. Gw sih kebayangnya, image 4sekawan aja, dengan kesan agak heroik gitu lah, siluet ato apapun, dengan inset teks misalnya: “lalu mereka masing-masing berjanji untuk menjadi lebih siaga lagi menghadapi bencana dengan cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana” dan di masa depan mereka hidup bahagia dan tentu saja gembira.

HAHAHAHAHAHA................


Rabu, 16 Januari 2008

D day of Pungki Arrival

Nokia 1600: "tet--tet--tettet--"

Ata: "halo.."
Pungki: "Ta, urang geus di bandara euy.."
Ata: "heueuh...maneh kaluar panto bandara nya."

Nokia 1600: "tut..tut..tuut..tut.."

Ata: "halo ki?"
Pungki: "kuumaha ta euy?"
Ata: "Urang moal bisa ngajemput, tidinya maneh teangan weh Damri, tanyakeun anu ka Andalas, Plasa Andalas"

------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------

Pungki: "hah? Andalan?
Ata: "Andalas"
Pungki: "hah? Andalam?"
Ata: "Lain koplok! Andalas, plasa Andalas!!"
Pungki: "Hah. naon? Plasa Andalan? Andalam?
Ata: "Goblass, A-en-De-A-eL-A-eS. Andalas, make S"
Pungki: "oo....Hamdalan?"
Ata: "Goblog..."

Nokia 1600: "tut..tut..tuut..tut.."

---------------------------------------
-----------------------------------
---------------------------------

Desain untuk Pelatihan Sablon



ini desain kaos yang saya bikin buat keperluat pelatihan sablon, tentang mentawai sih, sekalian oleh2 aja buat bang Mebri di Padang. mudah-mudahan saleable juga.
ada desain yang lain juga, tapi mungkin ngga sekarang diuploadnya, gambarnya ngga kebawa euy.

yu ah..

Rabu, 02 Januari 2008

SELAMAT HEPINYUYER!

Selamat Tahun Baru 2008.
Untuk semua residen, volunteer dan semuanya!
yu!